Add caption |
GALAU. Lima huruf yang sejak tahun 2012 ( seinget saya ) never die banget di kalangan anak muda. Diputusin pacar, GALAU. Nggak bisa ngerjain tugas GALAU. Sampe-sampe nggak bisa buka tutup botol pun GALAU. Mereka yang seperti ini, sebut saja namanya Galauers.
Saya menulis seperti ini bukan untuk menjustifikasi, bukan. Sama
sekali bukan. Saya sangat menghargai kamu yang sedang jatuh cinta. Saya
pun turut bersimpati kepada kamu yang sedang patah hati. Saya juga jomblo, mungkin sama dengan kamu yang di sudut sana. Saya juga sedang pusing dengan tugas yang bertumpuk, sama dengan kamu yang di sudut sini. Saya juga sedang kena kantong kering , mungkin sama dengan kamu yang di sono. Saya juga ehmm.... sedang diam-diam mengagumi seseorang ceiliiieeeeee.... ( just kidding ). Tapi bukan lantas saya harus install galau everytime, everywhere.
Setiap orang pasti pernah atau mungkin sering merasakan perasaan ini. Seiring berkembangnya kecanggihan teknologi yang memanjakan kita dalam fitur ‘status update’, kita sering lupa diri dalam menggunakan fitur tersebut. Termasuk untuk melampiaskan kegalauan yang dirasakan. Berkat canggihnya fitur tersebut kita ga perlu pusing lagi saat menghadapi teman atau rekan yang moodnya lagi jelek. Ga perlu lagi susah-susah nyari kalimat yang tepat untuk menanyakan penyebab jeleknya mood dia hari ini, tanpa harus menyinggung atau terdengar usil. Cukup cek timeline dia di Twitter atau liat status terbarunya di Facebook, maka kemungkinan besar jawabannya bisa didapat.
Itulah yang membuat saya menuliskan curhat saya ini. Karena malam ini , ternyata facebook dan twitter masih jadi media favorit para galauers yang didominasi dengan tema : CINTA . Sumpah nyesek banget melihat deretan status para anak muda ini yang menunjukkan seolah-olah dirinya lebih merana dari Rama yang ditinggal Shinta. Sebagian lagi berusaha mengekspresikan cinta yang bertepuk sebelah tangan sampai-sampai tangannya keseleo. Dan di sudut sana ada pula yang mengekspresikan kejamnya sahabat ibarat pagar makan tanaman, saya nggak tau gimana pagar itu bisa tiba-tiba hidup. Dan yahh masih banyak lagi yang lainnya, saya yakin kamu juga tau.
Di sisi lain saya salut kepada mereka yang konsisten memiliki label Galauers.Meskipun politik negara sedang kacau, meskipun banyak orang panik BBM mau naik, meskipun pemerintah meluncurkan tiga Kartu Ajaib, meskipun sinabung meledak lagi, tapi mereka tetap saja menggalau. Saya tidak tau apakah kawan-kawan ini memang tidak mau terlibat hal-hal rumit macam issu negara atau memang tidak memiliki kepedulian pada sekitar (saking sudah tingginya level galau ).
Galau masalah kenaikan BBM sah sah aja. Kamu bisa share opinimu tentang permasalahan di negeri yang semakin galau ini. Tapi please, kalau melulu tentang cintamu negara nggak bakal ngurusi keleess... Kecuali kalau nanti ada parlemen yang khusu menampung galauers.
Galau masalah kenaikan BBM sah sah aja. Kamu bisa share opinimu tentang permasalahan di negeri yang semakin galau ini. Tapi please, kalau melulu tentang cintamu negara nggak bakal ngurusi keleess... Kecuali kalau nanti ada parlemen yang khusu menampung galauers.
Update status memang asik. Nge-junk di Facebook juga enak. Tapi sebetulnya sesumbar di dunia maya ngak bagus loh. Kenapa?
Yaiyalah .. ruang privasi semakin sempit. Udah nggak ada lagi istilah ‘rahasia’ karena siapapun bisa tahu suasana hati kamu lewat status yang kamu update. Dan dari status itu juga bisa menguntungkan para stalker—yang bisa saja punya maksud jahat ( ngga maksud suudzon sih).
Terus kamu juga bakal kehilangan sisi misterius kalau keseringan "jujur" lewat bahasa status. Ga bakalan ada rasa ‘greget’ lagi kalo semuanya serba diketahui. Politikus aja main rahasia-rahasiaan , masa iya kamu nggak punya rahasia ?
Anak muda kok galau melulu ? No Respon ,,, Move On guys. Kalau ada orang yang nggak bisa menghargai kamu,paling tidak kamu punya banyak hal untuk kamu HARGAI SENDIRI. Diri kamu contohnya. Karena logikanya :
Analogi 1:
Jika ada seorang sering sesumbar di dunia maya bahwa ia kesepian karena ga punya pacar, maka orang lain yang membacanya akan berkesimpulan bahwa dia cewek nggak laku. Dan bisa saja berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dengannya makanya ga laku-laku.
Beda lagi dong sama yang bertahun-tahun menjomblo ( mungkin dari lahir ) tapi dia lebih suka update status cerdas dan berkualitas. Dia paham apa yang terjadi di sekitarnya. Dia peka, dia punya kepedulian dan dia bukan korban perasaan karena dia pandai menjaga perasaan. Hmmm ini baru anak muda pilihan bangsa..
Analogi 2:
Jika ada seorang sering sesumbar di dunia maya bahwa ia masih kangen atau sayang sama mantannya—walaupun secara implisit, maka bisa menutup kemungkinan ada laki-laki lain yang mendekatinya. Siapa juga yang mau macarin orang yang masih terbayang-bayang masa lalu bersama sang mantan? Padahal laki-laki tersebut bisa jadi jauh lebih baik daripada mantan pacarnya. Who knows?
100% beda dong sama anak muda yang rindu kedamaian dan kesejahteraan di tanah air ini. Anak muda yang selalu terbayang untuk menjadikan dirinya sukses dan berkarya untuk negeri, bukankah itu lebih hebat ?
Analogi 3: Jika ada seorang sering sesumbar di dunia maya bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, ehm..paling-paling cuma mengundang reaksi orang usil untuk bilang “Yaaaah. Kasian deeh!”
Beda lagi dengan orang yang always update pemikiran-pemikirannya yang berkemajuan. Pastinya akan dapat teman sharing yang juga berfikir berkemajuan.
Jadi gimana caranya bias GALAUMU ITU BERMANFAAT ?
May be kamu harus Punya diary! Itulah kenapa si Boy punya catatan harian. Itulah kenapa ada The Princess Diaries, The Diary of Anne Frank, dsb. Writing on a diary is like a medication. Tuliskan apa yang kamu rasakan dengan bahasamu sendiri. Tuliskan dan terus tuliskan. Nggak perlu hal-hal rahasia, cukup apa adanya yang kamu rasakan. Kamu juga bisa menuliskan solusimu sendiri. Kamu bisa menuliskan apapun yang kamu rasakan. Siapa tahu suatu ketika ada yang mengalami kisah sepertimu, kamu bisa memberikan catatanmu kepada orang tersebut. Manfaat kan ? Motivator itu nggak harus Mario Teguh kok.
Tapi diary kesannya kan kuno banget. Gimana kalo susah buat konsisten nulis di catatan harian pribadi? Gimana kalo terlanjur enjoy dengan update status or twit ?
Ya pelan-pelan "pindah lapak kegalauan" . Diary nggak harus buku kan ? Kamu bisa menuliskan semua itu di blog, atau bahkan CATATAN Facebook. Siapa tau aja kamu jadi favorit para pembaca blog kayak mbak HANA di sinetron CHSI haha :D
Ya saya sih cuma saran aja. Karena eman banget kalau anak muda sekeren kamu cuma peduli sama perasaannya sendiri, cuma peduli sama kegalauan dan tidak pernah memikirkan kemajuan. Heloo guys pacaran itu nggak wajib tapi sukses itu wajib. Gimana mau sukses dan berguna kalau galau melulu kamunya ? Yang ada sukses menggalau iya.
[]Lovalia
0 komentar:
Posting Komentar