,..............................................................................
Kami ingin menikmati akhir tahun ini bersama kabut tipis
yang turun menelusuri lembah kasih "Ranu Kumbolo",...
Menapaki "Tanjakan Cinta",...
dan merebahkan sejenak rasa lelah ini di hamparan luas "Oro-Oro Ombo",..
merenungi bekas aliran lahar di "Kalimati"
menyampaikan salam keagungan pada jurang-jurang di sekitar "Arcopodo"
hingga akhirnya kami berharap dapat menyapa surya di balik "Mahameru"
yang selalu bergemuruh,...
.....................................
Kami ingin menikmati akhir tahun ini bersama kabut tipis
yang turun menelusuri lembah kasih "Ranu Kumbolo",...
Menapaki "Tanjakan Cinta",...
dan merebahkan sejenak rasa lelah ini di hamparan luas "Oro-Oro Ombo",..
merenungi bekas aliran lahar di "Kalimati"
menyampaikan salam keagungan pada jurang-jurang di sekitar "Arcopodo"
hingga akhirnya kami berharap dapat menyapa surya di balik "Mahameru"
yang selalu bergemuruh,...
.....................................
Semeru |
.......................................................................................
...........................................................................................
Aku tegaskan sekali lagi pada diriku sendiri dan teman-temanku, bahwa selama kaki-kaki kusutku ini masih mampu berjalan dan berjalan menapaki indahnya jalan setapak menuju gunung-gunung nan indah dan puncaknya yang agung, "Aku akan tetap mendaki gunung". Inilah yang aku tegaskan pada diriku sendiri ketika ada kesempatan untuk mendaki Gunung Semeru akhir tahun ini. Aku sudah mendaki bebrapa gunung dan hanya semeru saja yang belum, Selalu saja ada kendala ketika ada ajakan untuk mendaki semeru pada waktu-waktu yang lalu. Kini, setelah aku lulus SMA, aku tidak akan sia-siakan momen berharga ini untuk kembali mendaki gunung. Aku dedikasikan pendakian ini untuk Ummi dan Abiku tercinta yang telah menemani dan senantiasa mendoakan aku selama ini.
...........................................................................................
Aku tegaskan sekali lagi pada diriku sendiri dan teman-temanku, bahwa selama kaki-kaki kusutku ini masih mampu berjalan dan berjalan menapaki indahnya jalan setapak menuju gunung-gunung nan indah dan puncaknya yang agung, "Aku akan tetap mendaki gunung". Inilah yang aku tegaskan pada diriku sendiri ketika ada kesempatan untuk mendaki Gunung Semeru akhir tahun ini. Aku sudah mendaki bebrapa gunung dan hanya semeru saja yang belum, Selalu saja ada kendala ketika ada ajakan untuk mendaki semeru pada waktu-waktu yang lalu. Kini, setelah aku lulus SMA, aku tidak akan sia-siakan momen berharga ini untuk kembali mendaki gunung. Aku dedikasikan pendakian ini untuk Ummi dan Abiku tercinta yang telah menemani dan senantiasa mendoakan aku selama ini.
Kebetulan aku baru saja berkenalan dengan teman dari salah satu perguruan tinggi yang berbeda denganku
bernama Dimas dan Andri. Ternyata mereka ini akan naik ke Semeru dan menawari aku
untuk ikut rombongannya. Dia setuju, dan ditetapkan
tanggal 24-27 Desember kita akan menghabiskan akhir tahun ini di Gunung
Semeru. Sekarang tugasku adalah menghubungi teman-teman yang lain.
Dari tempatku menuntut ilmu aku
mengajak Maulida temanku satu angkatan di Design Grafis Multimedia yang suka naik
gunung. Kemudian ada Rafa, Dearly dan Maya, teman nge-band yang
sama-sama menggilai gunung, dan kebetulan kami merencanakan untuk
ber-reuni lagi setelah satu tahun lebih tidak mendaki bersama. Terakhir
kami mendaki gunung Merapi.
Rombongan lain yang berencana untuk ikut dalam pendakian kali ini adalah rombongan dari Bojonegoro. Mereka terdiri dari Pras, Eka, Vita dan Abel.
Rombongan lain yang berencana untuk ikut dalam pendakian kali ini adalah rombongan dari Bojonegoro. Mereka terdiri dari Pras, Eka, Vita dan Abel.
Salah satu jeep yang ada di Tumpang |
Dalam perjalanan menuju Semeru (tepatnya menuju desa Tumpang) , kita saling bercerita satu sama
lain, berbagi pengalaman, bercanda dan saling mengejek. Lumayan seru,
menjalin keakraban sebelum berada di Gunung. Perjalanan dari Terminal
Arjosari menuju Desa Tumpang kira-kira ditempuh dalam waktu satu
setengah jam dengan kecepatan sedang. Di Desa Tumpang kita berencana
untuk membeli logistik dan sekaligus membaginya supaya sama rata beban
yang dibawa di carrier masing-masing. Di sini pulalah kami juga
melengkapi administrasi kami berupa fotocopy KTP dan surat keterangan
sehat. Ada dua teman kami tidak membawa identitas, sehingga terpaksa
harus mencarikan fotocopy KTP pengganti untuk mereka berdua
di toko fotocopy-an. akhirnya nemu yang pantes-lah untuk mereka.
Fotocopy KTP kelahiran 1988 dan 1982. Sebenarnya ada yang kelahiran 1965
tapi aku koq ga tega. Hahahaha.
Tempat dimana kita fotocopy KTP dan Surat Sehat |
Setelah semua sudah di Packing ulang, Logistik sudah dibagi. Kami bersiap menuju Ranupane dengan jeep.
Nampaknya kita harus berterimakasih kepada pemilik rumah yang kita
singgahi di Tumpang. Rumah ini adalah rumah salah satu teman dari Mas
Joko. Ibunya baik sekali memberikan kami minuman manis dan hangat serta
beberapa buah. Kami juga menitipkan beberapa barang yang kami anggap
tidak perlu untuk kami bawa. Kami juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih sekaligus mohon doa untuk keselamatan kami dalam pendakian
gunung Semeru ini.
Sebenarnya bulan Desember bukanlah waktu yang baik untuk pendakian karena musim penghujan. Cuaca sering berubah tidak menentu. Seperti sore itu, sebenarnya mendung sudah menggelayuti kami, seakan memberikan sambutan hangat pada para pendaki Semeru akhir tahun. Akhirnya kami semua naik jeep dan bersiap berangkat ke Ranupane. Seperti yang telah diduga sebelumnya, hujan turun dengan saat derasnya sehingga kami harus menggunakan ponco, dan menutupi rombongan kami dengan terpal.
Perjalanan menuju Ranupane pun cukup mendebarkan karena selain hujan, kami harus melewati jalanan menanjak dengan aspal yang rusak. Belum lagi jika kami harus berpapasan dengan mobil lain, salah satu dari mobil harus mengalah untuk mempersilahkan mobil lain jalan terlebih dahulu. Ditambah samping kiri kanan jalan yang berupa jurang-jurang dalam, yang sebenarnya sangat indah jika kita bisa menikmatinya saat cuaca cerah. Berdoalah sebanyak-banyaknya saat kita naik Jeep. Itu aja pesen dari kami.
Perjalanan dari Desa Tumpang ke Ranupane kami tempuh dengan Jeep dalam suasana hujan yang deras dan jalan yang hancur. Kami tiba di Ranupane sekitar jam 6 sore, tepat memasuki waktu maghrib. Total perjalanan dari Tumpang kira-kira 2 jam. Ranupane adalah desa terakhir sekaligus sebagai check point terkahir sebelum kita melakukan pendakian ke gunung Semeru. Di sini pula kita harus mengurus perijinan untuk melakukan pendakian. Surat-surat yang dibutuhkan diantaranya adalah surat kesehatan dari dokter dan fotocopy KTP 2 lembar.
Sampai di Ranupane sekitar jam 6 sore, dengan cuaca masih tetap tidak bersahabat. Gerimis terus menemani kami malam itu, sehingga kami putuskan untuk tidak memulai pendakian pada malam itu. Kami menghabiskan malam di sebuah warung makan yang ada di sekitar Ranupane, Menyeruput kopi dan wedang jahe sambil menyantap kare ayam dengan nasi hangat.
Rutinitas para pendaki gunung tidaklah jauh dari bercanda-canda dan berkenalan dengan rombongan lain. Kegiatan ini merupakan hal yang wajar ketika kita di gunung. Sambil menghangatkan tubuh di atas perapian yang ada di warung, kami berkenalan dengan rombongan lain juga bercerita tentang pengalaman pendakian masing-masing orang selama ini, Seru.
Hari menjelang malam dan kami semua sudah didera rasa kantuk yang luar biasa. Aku bahkan belum sempat istirahat karena sehari sebelum berangkat harus jaga koperasi pesantren. Kami putuskan untuk istirahat di sebuah pondokan dan beristirahat di sana, termasuk rombongan cewek. Sebagian mendirikan tenda di dalam pondokan. Aku menyarankan untuk selalu membawa sleeping bag dalam kegiatan alam bebas seperti ini. Malam ini kami menghabiskan malam dengan istirahat dan tidur dengan harapan dapat memulai pendakian esok hari dengan ceria.
Sebenarnya bulan Desember bukanlah waktu yang baik untuk pendakian karena musim penghujan. Cuaca sering berubah tidak menentu. Seperti sore itu, sebenarnya mendung sudah menggelayuti kami, seakan memberikan sambutan hangat pada para pendaki Semeru akhir tahun. Akhirnya kami semua naik jeep dan bersiap berangkat ke Ranupane. Seperti yang telah diduga sebelumnya, hujan turun dengan saat derasnya sehingga kami harus menggunakan ponco, dan menutupi rombongan kami dengan terpal.
Perjalanan menuju Ranupane pun cukup mendebarkan karena selain hujan, kami harus melewati jalanan menanjak dengan aspal yang rusak. Belum lagi jika kami harus berpapasan dengan mobil lain, salah satu dari mobil harus mengalah untuk mempersilahkan mobil lain jalan terlebih dahulu. Ditambah samping kiri kanan jalan yang berupa jurang-jurang dalam, yang sebenarnya sangat indah jika kita bisa menikmatinya saat cuaca cerah. Berdoalah sebanyak-banyaknya saat kita naik Jeep. Itu aja pesen dari kami.
Perjalanan dari Desa Tumpang ke Ranupane kami tempuh dengan Jeep dalam suasana hujan yang deras dan jalan yang hancur. Kami tiba di Ranupane sekitar jam 6 sore, tepat memasuki waktu maghrib. Total perjalanan dari Tumpang kira-kira 2 jam. Ranupane adalah desa terakhir sekaligus sebagai check point terkahir sebelum kita melakukan pendakian ke gunung Semeru. Di sini pula kita harus mengurus perijinan untuk melakukan pendakian. Surat-surat yang dibutuhkan diantaranya adalah surat kesehatan dari dokter dan fotocopy KTP 2 lembar.
Sampai di Ranupane sekitar jam 6 sore, dengan cuaca masih tetap tidak bersahabat. Gerimis terus menemani kami malam itu, sehingga kami putuskan untuk tidak memulai pendakian pada malam itu. Kami menghabiskan malam di sebuah warung makan yang ada di sekitar Ranupane, Menyeruput kopi dan wedang jahe sambil menyantap kare ayam dengan nasi hangat.
Rutinitas para pendaki gunung tidaklah jauh dari bercanda-canda dan berkenalan dengan rombongan lain. Kegiatan ini merupakan hal yang wajar ketika kita di gunung. Sambil menghangatkan tubuh di atas perapian yang ada di warung, kami berkenalan dengan rombongan lain juga bercerita tentang pengalaman pendakian masing-masing orang selama ini, Seru.
Hari menjelang malam dan kami semua sudah didera rasa kantuk yang luar biasa. Aku bahkan belum sempat istirahat karena sehari sebelum berangkat harus jaga koperasi pesantren. Kami putuskan untuk istirahat di sebuah pondokan dan beristirahat di sana, termasuk rombongan cewek. Sebagian mendirikan tenda di dalam pondokan. Aku menyarankan untuk selalu membawa sleeping bag dalam kegiatan alam bebas seperti ini. Malam ini kami menghabiskan malam dengan istirahat dan tidur dengan harapan dapat memulai pendakian esok hari dengan ceria.
Pos Pendakian Ranupane pagi hari. |
Istirahat tadi malam aku anggap cukup. Perijinan telah kami selesaikan
kemarin dan kini tinggal menyiapkan mental dan fisik untuk menggapai
Mahameru. Setelah semua bangun dan sibuk dengan urusan pribadi
masing-masing, kami mengemasi barang-barang dan sedikit berolahraga.
Tidak lupa mengambil beberapa gambar dan kami pun siap untuk memulai
pendakian ceria ini.
Kami adalah rombongan ke-sekian yang mendaki Semeru akhir tahun ini. Saat aku mengurus pendakian kemarin, aku menuliskan namaku di urutan ke -212,..woow, ( Kayak Wiro Sableng) berarti ada banyak orang di atas sana. Oleh karena itulah aku sebut pendakian ini sebagai pendakian ceria. Akhir tahun memang sering dijadikan ajang pendakian oleh para pecinta alam. Terutama di Semeru ini, selain untuk merayakan pergantian tahun, ada juga yang mendaki Semeru untuk mengenang kepergian legenda Semeru yang terkenal Soe Hok Gie. Kebetulan Gie meninggal tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya yaitu pada 26 Desember. Sehingga tidak mengherankan jika bulan Desember menjadi ajang pendakian gunung terutama di Semeru.
Kami adalah rombongan ke-sekian yang mendaki Semeru akhir tahun ini. Saat aku mengurus pendakian kemarin, aku menuliskan namaku di urutan ke -212,..woow, ( Kayak Wiro Sableng) berarti ada banyak orang di atas sana. Oleh karena itulah aku sebut pendakian ini sebagai pendakian ceria. Akhir tahun memang sering dijadikan ajang pendakian oleh para pecinta alam. Terutama di Semeru ini, selain untuk merayakan pergantian tahun, ada juga yang mendaki Semeru untuk mengenang kepergian legenda Semeru yang terkenal Soe Hok Gie. Kebetulan Gie meninggal tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya yaitu pada 26 Desember. Sehingga tidak mengherankan jika bulan Desember menjadi ajang pendakian gunung terutama di Semeru.
Pemandangan di Desa Ranupane |
Beristirahat di Pos pertama foto bareng orang tidak dikenal
|
Kami menikmati setiap langkah perjalanan kami. Kami adalah pecinta
keindahan alam dan penikmat udara sejuk. Ada beberapa dari rombongan
kami yang memang belum pernah sama sekali mendaki gunung, terutama
rombongan cewek ( aku juga cewek sich ). Sehingga kami harus sesekali
beristirahat karena mereka tentu butuh penyesuaian. Menurutku jalan
setapak menuju Ranu kumbolo cukup landai dan jarang ada tanjakan
sehingga cukup memudahkan kami. Jarak tempuhnya memang panjang namun
kami menikmati setiap langkah kaki kami. Kami menghabiskan waktu dengan
bernyanyi dan bercanda satu sama lain. Jika satu orang merasakan lelah
maka kami putuskan untuk istirahat.
Bagiku mencapai tempat tujuan bersama lebih menyenangkan daripada berlomba-lomba mencapai tujuan. Target kami hari ke-dua ini adalah sampai di Ranu Kumbolo sebelum hujan, dan menginap semalam di sana. Ranu kumbolo adalah sebuah danau yang konon katanya sangat indah, sehingga kami pikir rasanya sayang sekali jika melewatkannya begitu saja tanpa menginap di sana.
Setelah berjalan beberapa waktu dan sempat beristirahat di pos-pos kecil sejenak akhirnya kami sampai di Ranukumbolo yang sangat indah tersebut, Aku yang belum pernah ke sini pun takjub memandang danau biru yang masih tampak dari kejauhan ini. Bahkan teman-teman yang pernah ke sini pun, juga tidak mengurangi sedikitpun kekagumannya terhadap "Ranu" yang satu ini. Total perjalanan kurang lebih 5 jam dengan istirahat.
Bagiku mencapai tempat tujuan bersama lebih menyenangkan daripada berlomba-lomba mencapai tujuan. Target kami hari ke-dua ini adalah sampai di Ranu Kumbolo sebelum hujan, dan menginap semalam di sana. Ranu kumbolo adalah sebuah danau yang konon katanya sangat indah, sehingga kami pikir rasanya sayang sekali jika melewatkannya begitu saja tanpa menginap di sana.
Setelah berjalan beberapa waktu dan sempat beristirahat di pos-pos kecil sejenak akhirnya kami sampai di Ranukumbolo yang sangat indah tersebut, Aku yang belum pernah ke sini pun takjub memandang danau biru yang masih tampak dari kejauhan ini. Bahkan teman-teman yang pernah ke sini pun, juga tidak mengurangi sedikitpun kekagumannya terhadap "Ranu" yang satu ini. Total perjalanan kurang lebih 5 jam dengan istirahat.
Saat beristirahat di Pos ke-dua ada banyak mas-mas kece ahaha :p |
Maho detected : Antara Rezha dan Bang Khilmi,..
Kami sampai di Ranu Kumbolo sekitar jam satu siang. Cuaca agak mendung
dan berangin, tetapi tidak mengurangi kekaguman kami saat pertama kali
menghirup hawa sejuk disekitar Ranu Kumbolo. Kami terpana akan
keindahannya dan bahkan kami tidak ingat bahwa seharusnya kami harus
segera mendirikan tenda karena cuaca mulai tidak bersahabat.
Pemandangan di sekitar Ranu Kumbolo. Saya tidak tahu ini namanya apa, tetapi kami melewati lembah ini sebelum mencapai tempat camp Ranu Kumbolo. |
Tepat jam dua siang langit di pegunungan Semeru seakan menitikkan air
mata menyambut kedatangan tamu-tamunya dari bebrbagai daerah. Hujan
turun cukup lebat, dan apa yang kami takutkan terjadi. Rombongan belum
mempersiapkan tenda. Akhirnya rombongan yang cowok mempersiapkan tenda
yang ada dengan seadanya. Kesalahan kami ini harus kami bayar karena
rupanya hanya satu tenda saja yang cukup bagus bisa menahan air hujan.
Yang lain?? Payah,....!!
Kesalahan kami yang lain adalah, kami salah mengambil tempat untuk
ground tenda. Kami mengambil tempat di kemiringan yang sudah jelas akan
teraliri oleh air hujan dari atas. Lagipula kami juga tidak membuat
parit, sehingga air pun dengan leluasa menelusup ke bawah tenda kami.
Dan pada akhirnya merembes ke dalam tenda. Satu lagi kekacauan timbul
karena kami asal memasukkan carrier ke dalam tenda sehingga tas-tas yang
berisi logistik tidak tahu terkumpul di tenda sebelah mana.
Menarik karena ternyata hujan turun sepanjang malam, hingga kami para cewek harus
saling berangkulan dan terpaksa "curhat" satu sama lain untuk membunuh
rasa bosan dan menahan hawa dingin. Satu yang menjadi pikiranku adalah,
Bagaimanakah yang ada di pikiran kawan-kawanku??? ...Apakah mereka akan
bertahan di malam yang dingin ini?? atau kecewa karena pendakian ini
tidak seperti yang mereka bayangkan??...atau mereka akan berterimakasih
karena mendapat pengalaman berharga, pengalaman nyaris terbunuh oleh
hawa dingin Ranu Kumbolo??,..aku sendiri tidak tahu...
Aku gembira saat aku tau semuanya baik-baik saja
dan tidak menyesal akan pendakian ini. Namun satu yang mengkhawatirkan
kami justru datang dari persediaan logistik kami yang tidak tahu entah
di tenda sebelah mana. Kami kelaparan, sampai akhirnya kami menemukan
tas-tas berisi logistik yang telah basah terguyur air hujan. Tak apalah
yang penting bisa dimakan. Menu malam ini adalah mie goreng
(lagi),..khas gunung,...hahahaha,..!!
Rombongan terpisah karena hujan. Kami melewati sore hingga malam dengan
basah kuyup dan kedinginan. Kami menikmati Ranu Kumbolo diiringi dengan
hujan. Semua rombongan cewek berada di tenda paling aman yang kita
punya. Salah seorang temanku ( tak perlu sebut merk :D ) sekarat karena nekat berenang di Ranu Kumbolo
sorenya. Aku sendiri menghabiskan malam dengan kawn-kawn wanita yang lain
di satu tenda yang sempit. Entah kawan-kawan laik-laki bagaimana mengatur tendanya. Habislah malam ini kami selesaikan
dengan tubuh yang menggigil kedinginan serta sedikit agak lapar.
Kami tidak dapat menikmati Ranu Kumbolo hari ini karena cuaca tidak bersahabat. Kami tidur dengan menahan hawa dingin dan rasa lapar. Tetapi rasa itu terbayar sudah ketika esok paginya fajar menyapa kami saat muncul dibelahan lembah kasih Ranu Kumbolo. Indah sekali teman.
Oleh-oleh dari Ranu Kumbolo :
Memandang jauh Ranu Kumbolo |
Boyband KeyPunk,....!!hahahaha |
Yoga di Ranu Kumbolo. Dengan instrukturnya Abel Justicia,... |
Ranu Kumbolo dari Tanjakan Cinta |
Setelah menikmati keindahan Ranu Kumbolo saat cuaca cerah, kami berencana melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru.
Target kita hari ini adalah mencapai Kalimati sebelum hujan turun. Lalu
Summit mulai jam 12 malam dengan harapan sampai puncak jam 6 pagi. Kami
kumpulkan semua logistik yang tersisa.
Aku sendiri cukup semangat karena kami akan menggapai puncak tertinggi
di Pulau Jawa ini. Jam dua siang kami putuskan untuk berangkat dari Ranu
Kumbolo menuju Kalimati. Sebelumnya kami harus melewati sebuah tanjakan
legendaris. Tanjakan cinta. Tanjakan yang sangat terkenal dikalangan
pendaki gunung Semeru.
Tanjakan Cinta,... |
Kami melewati tanjakan cinta untuk kemudian melewati Padang oro-oro
Ombo. Karena musim hujan, oro-oro ombo sedang ditumbuhi bunga-bunga yang
indah. Indah sekali. Perjalanan menuju kalimati juga tidak terlalu
menanjak, kami hanya beristirahat 2 kali selebihnya terus berjalan dan
berjalan menapaki hutan-hutan. Kami sampai di kalimati sore sekitar jam
5. Kurang lebih perjalanan memakan waktu 3 jam. Cukup cepat dari
perkiraan awal 4 jam. Di Kalimati kami segera mendirikan tenda. Dan
tepat karena beberapa saat setelah kami mendirikan tenda hujan mulai
turun. Cuaca kembali sangat tidak bersahabat. Kami harap-harap cemas,
apakah kami bisa mendaki puncak malam nanti, sementara cuaca sore ini
hujan lebat dan sangat berkabut. Cuaca yang sangat membahayakan untuk
pendakian. Apalagi untuk gunung sekelas Gunung Semeru yang sering
memakan korban.
Pos Pendakian Kalimati. Dengan kabut yang menyelimutinya. |
Sampai di camp Kalimati dan mendirikan tenda. |
Indahnya padang oro-oro Ombo.
|
Benar kawan, karena hujan tidak semakin reda tetapi bertambah menjadi
badai. Hujan semakin lebat dan anginpun semakin ribut. Kabut juga
semakin tebal dan kami merasa bahwa hawa di Kalimati ini semakin dingin.
Kami terus saling bercanda untuk membunuh waktu dan menantikan apakah
hujan akan mereda nanti malam. Kami sempatkan untuk tidur dulu sebelum
menyambut puncak nanti malam (Harapan kami). Untuk camp yang di Kalimati
kami sudah cukup siap menanggulangi masalah hujan. Kami buat parit
disekitar tenda kami sehingga air tidak melewati sela-sela bawah tenda
kami.
Oke, waktu menunjukkan jam 12 malam dan tidak ada tanda-tanda hujan akan
mereda. Kami bingung akankah memilih tetap muncak atau tinggal di
Kalimati sementara cuaca seperti ini. Aku kisahkan disini kawan, bahwa
mungkin kata-kataku tidak mewakili apa yang terjadi saat itu. Cukup
mengerikan. Aku sendiri sedikit tidak yakin dengan keputusan kami waktu
itu.
Kami semua di Kalimati ada sekitar 30 orang dari berbagai penjuru
Indonesia. Ada yang sepakat untuk tetap tinggal di Kalimati daripada
mati konyol di Puncak Mahameru, namun ada pula yang bersih kukuh untuk
tetap menggapai puncak karena sedikit lagi kita sampai di puncak. Dan
sayangnya rombongan kami adalah salah satu yang tetap bersih kukuh untuk
menggapai Mahameru malam itu juga.
Oke kita berangkat,...!! Dengan cuaca seperti ini kita putuskan untuk
berangkat menuju Mahameru. Aku hitung kira-kira ada 25 orang yang
sepakat untuk menuju Mahameru dengan cuaca seperti ini. (Aku katakan ini
sudah termasuk badai). Jarak pandang kita hanya 2 meter dan hanya bisa
terlihat dengan lampu sorot kepala. Senter-senter yang kita bawa berguna
tetapi tidak signifikan. Kami semua berkumpul di lapangan sebelum
akhirnya berangkat menuju Mahameru. (Dalam kondisi badai). Herannya, di
antara rombongan kami tidak sedikit yang berjenis kelamin perempuan.
Luar biasa anak-anak ini pikirku. Ini adalah pengalaman kesekian kalinya
aku mendaki gunung dan diterjang badai. Wuiiih.
Kami atur strategi bahwa yang berada di depan adalah orang yang sudah
pernah menuju puncak Mahameru dan memiliki lampu sorot di kepala. Jarak
kami atur tidak boleh terlalu jauh. Kami gunakan pakaian setebal mungkin
dan bagian paling luar adalah jas hujan. Aku sendiri menggunakan
pakaian 5 lapis. ( Bayangkan betapa aku lebih bulat dari bakso tennis ) .Kami selang seling antara yang bawa senter dan yang
tidak. Kesalahanku juga adalah aku tidak membawa senter sehingga aku
benar-benar mengandalkan teman di depanku.
Kami berjalan di jalan setapak melewati hutan terakhir sebelum
perbatasan vegetasi dan punggungan pasir. Jalannnya sempit disertai
hujan lebat sehingga kami seperti berjalan melewati air terjun dan
sungai-sungai kecil. Berat kawan, tapi kami terus berharap hujan akan
segera reda sementara kami terus berjalan. Kami istirahat sebentar di
Arcopodo, ada beberapa camp yang sudah tidak ada orangnya, mungkin juga
ikut naik ke puncak. Sejenak aku berpikir dan merasa heran tentang
kondisi waktu itu. Mungkin karena banyaknya orang waktu itu sehingga aku
tidak berpikir untuk kembali ke Kalimati. Hujan semakin lebat tetapi
tekad kami juga semakin kuat. Kami harus sampai Mahameru pagi ini. Kami
lanjutkan perjalanan menyusuri jurang-jurang disekitar Arcopodo, Gelap
dan terpelest sedikit saja maka nyawa sudah pasti melayang. Kami saling
berpegangan tangan dan saling memberi komando. Menegangkan tetapi juga
meyenangkan.
Cuaca badai seperti ini sangat tidak dianjurkan untuk melakukan
pendakian, dan apabila orang Ranupane tahu kami nekad untuk mendaki
Mahameru padahal sudah dilarang, pasti kita kena marah. Setelah berjalan
sekian lama akhirnya kami sampai di perbatasan vegetasi dan pasir
punggungan Mahameru. Gelap dan jarak pandang masih 1 meter. Kami tidak
bisa mengeluarkan kamera untuk dokumentasi karena hujan terlalu lebat.
Kami putuskan untuk berjalan lagi lebih ke atas. Sekali lagi sambil
berharap hujan akan reda dan kita bisa melihat Mahameru pada pagi
harinya.
Namun harapan kami tidak terwujud kawan. Setelah berjalan beberapa waktu
di punggungan pasir, kami melihat rombongan yang telah lebih dulu
berangkat, turun lagi. Mereka memberi pesan kepada kita yang di bawah
untuk segera turun karena cuaca sangat jelek dan tidak mungkin untuk
dipaksakan. Jarak pandang sempit, cuaca berkabut disertai hujan deras
sangat memungkinan untuk merubah orientasi arah kita, dan itu berarti
resiko terjadinya "Sesuatu" juga semiakin besar. Mendengar peringatan
ini rombongan mulai bingung, apakah melanjutkan perjalanan atau kembali
turun. Kami sempat terdiam lama dan rapat sejenak di kemiringin hampir
60 derajat sambil diterjang badai. Kami tidak sadar jika kami melakukan
kesalahan besar karena dengan berdiam diri itu berarti membiarkan tubuh
kita terserang hipotermia. Suatu kondisi yang sangat kami takuti.
Akhirnya kami putuskan untuk segera bergerak supaya tidak kedinginan
dan rombongan sepakat untuk turun kembali ke Kalimati. Perjalanan turun
pun tidak semudah yang kami bayangkan karena tubuh ini sudah terlanjur
sangat kedinginan. Aku sendiri sudah tidak bisa menggerakkan
tangan-tanganku, Semua jari-jariku kaku dan yang ada dipiranku hanyalah,
aku ingin segera turun ke Kalimati dan membuat perapian. Tanganku juga
nyaris tidak bisa merasakan apa-apa (Kalau kalian bayangkan, jika
digerakkan jusru terasa nyeri).
Kami harus terpeleset dan jatuh bangun berulang kali menyusuri jalan
setapak yang kami lalui pada waktu berangkat. Semua jalur sudah tertutup
air seperti sungai yang mengalir. tubuh kawan-kawan kami juga mulai
kaku kedinginan. Kami juga harus bersabar karena kawan-kawan mendahulukan
perempuan untuk turun terlebih dahulu.
Aku beristighfar berkali-kali pada Allah mohon keselamatan dan ampunan
atas semuanya selama ini. Aku terus berdoa supaya aku tidak kehilangan
tangan karena frost bite (pikirku waktu itu). Aku terus berdoa dan berdoa, hingga hujan mulai berhenti dan aku melihat surya mulai
memancarkan sinarnya. Sekitar jam 6 pagi tepat
hujan baru mulai reda. Aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup
oleh Allah SWT, pemegang sah kehidupan kami. Aku langsung membungkus tubuhku dengan sleeping bag. Aku tidur
sejenak dan sampai matahari menampakkan sinarnya.
Aku baru sadar, bahwa tadi malam kami telah kehilangan jejak seorang
teman. Aku menyesal menyadari baru saja melakukan tindakan yang
sangat berani dan ceroboh. Kami tahu cuaca tidak mendukung tapi kami
nekad untuk terus mendaki. Beruntung kami masih diberi keselamatan hidup
oleh Allah Tuhan Semesta Alam. Kami bersyukur kami masih bisa pulang
menemui teman-teman terbaik kami dan keluarga kami. Kami juga bersyukur
mendapat pengalaman berharga menantang badai di puncak tertinggi Pulau
Jawa. Tapi dia yang tertinggal di sana, menunggu kami atau mungkin TIM
SARS menemukannya. Atau bahkan ... :'( ( aku tak berani menulis)
Kami bertekad akan kembali lagi suatu saat nanti, ke Puncak Mahameru,...
Demikianlah catatan perjalanan kami di Gunung Semeru. Meskipun sebuah
memori buruk menuju puncak tapi kami tetap merasa senang karena banyak
manfaat
yang kami dapatkan di sini. Kami telah berjanji dalam hati akan kembali
lagi ke sini ke Semeru gunung sejuta dewa. Kami ingin sekali
mebgibarkan Merah Putih di puncak tertinggi tanah Jawa dengan segenggam edelweiss harapan di tangan. Sesekali menjadi
orang tertinggi di Pulau Jawa. Memeluknya yang telah tiada. Terima kasih.
Lovalia
Ps : Dearly ketemu 8 jam setelah kami turun, kondisinya parah, hipotermia dan sekujur tubuhnya laksana es. 9 hari di rumah sakit dan, kalian tau apa yang terjadi ... :'( kalian tau ... kalian pasti tau ...
Kami semua menyayanginya.
Lovalia
Ps : Dearly ketemu 8 jam setelah kami turun, kondisinya parah, hipotermia dan sekujur tubuhnya laksana es. 9 hari di rumah sakit dan, kalian tau apa yang terjadi ... :'( kalian tau ... kalian pasti tau ...
Kami semua menyayanginya.
0 komentar:
Posting Komentar