Second Menu

Kamis, 06 November 2014

LEGENDA BLORA : TERJADINYA KEDUNG MOYO dan BELIK KRINCING

Kedungmoyo

KEDUNG MOYO adalah nama Kedung ( yang artinya air yang sangat dalam) yang berada di aliran Bengawan Solo di Desa Mendenrejo, Kec.Kradenan, Kab. Blora. Masyarakat sekitar menamai Kedung Moyo tentunya tidak lahir begitu saja, tetapi tentu ada sebab kronologisnya. Menurut cerita yang saya baca di beberapa posting blog sedulur Blora dan dari orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang pernah saya dengar ceritanya kurang lebih ceritanya begini……

Konon dahulu ada sebuah Padepokan kecil yang letaknya di pinggiran hutan, yang dipimpin oleh Begede Kuwung. Pada masa itu Padepokan Kuwung masuk wilayah Kadipaten Jipang Panolan (Desa Jipang Kec. Cepu). Begede Kuwung adalah orang terpandang yang mempunyai kesaktian tinggi, dan mempunyai pengaruh yang luar biasa, maka tak heran jika pengikutnya banyak. Begede kuwung mengajarkan tentang budi pekerti, spiritual, olah bathin dan olah kanuragan. Murid-murid begede kuwung tidak hanya berasal dari daerah sekitar Kuwung saja, tapi sampai keluar penjuru daerah. Termasuk anak dari mbok Rondo Jambi yang bernama Joko Sangsang. 

Joko Sangsang adalah murid kesayangan Begede Kuwung. Disamping paling pintar, Joko Sangsang juga mempunyai wajah yang tampan. Maka tak heran jika Putri Begede Kuwung yang bernama DEWI MOYO yang terkenal cantik parasnya menaruh hati pada Joko Sangsang. Cinta tak bertepuk sebelah tangan, dua-duanya saling jatuh cinta.

Singkat cerita, di Kadipaten Jipang Panolan, Adipati Haryo Penangsang membuka lowongan untuk menjadi prajurit. Joko Sangsang tertarik untuk mengabdikan diri menjadi prajurit Jipang. Atas ijin dan restu Begede Kuwung dan Dewi Moyo, berangkatlah Joko Sangsang ke Kadipaten Jipang Panolan. Karena cakap dalam olah kanuragan maka diterimalah Joko sangsang menjadi Prajurit. 

Setelah beberapa bulan tidak ada kabar berita, hati Dewi Moyo mulai terusik dengan rasa kerinduan. Rasa rindu yang menumpuk lama-lama tak terbendung lagi untuk ingin bertemu dengan pujaan hatinya. Dan akibatnya sang Dewi pun galau. Sayangnya karena jaman dulu belum ada Facebook dan Twitter , sang Dewi pun nggak bisa curhat via status. Maka dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Begede Kuwung, Dewi Moyo ingin menyusul Joko sangsang ke Kadipaten Jipang Panolan tanpa pengawal. Perjalanan tak berjalan mulus , karena untuk sampai ke kadipaten harus menyebrangi Bengawan Solo yang berarus deras. Karena keinginan hatinya sudah bulat, Jangankan bengawan solo, Lautpun akan dia sebrangi, gunung yang menghadangpun akan dia daki demi cintanya. (he..he….kayak lagunya ona sutra….)  Dewi Moyo sadar kalau sebenarnya dia tidak bisa berenang, Karena kenekatannya akhirnya Dewi Moyo tenggelam di bengawan solo, sesekali kepalanya timbul tenggelam sambil memanggil nama kekasihnya. (hemm….tragis…Cinta kadang-kadang tak pakai Logika….kayak Agnes Monika). Saya heran kenapa dia tidak naik perahu saja -_-

Joko Sangsang yang mempunyai kepekaan batin tinggi merasa resah dalam tugasnya, kupingnya mendengar teriakan Dewi Moyo yang memanggil-manggil dirinya. Tanpa pikir panjang Joko Sangsang memacu kuda tunggangannya sekencang-kencangnya untuk bisa menolong kekasihnya. Karena kehausan, sesampainya di tepi bengawan solo Kuda Joko Sangsang langsung minum sepuasny di air Belik (sumur kecil yang di gali di tanah) sambil menggerak kaki-kakinya supaya lemas hingga berbunyi KRINCING-KRINCING dari aksesoris yang di pakainya. Maka sampai sekarang belik tempat minum kuda tunggangannya Joko Sangsang di beri nama BELIK KRINCING.

Lapangan Joko Sangsang - Mendenrejo Kec. Kradenan
Nasi sudah menjadi bubur. Setelah sampai di bengawan Solo Dewi Moyo sudah tidak muncul-muncul lagi. Tapi mata Joko Sangsang masih sempat melihat kekasihnya di dalam air walaupun nampak “MOYO-MOYO”  (samar-samar). Hati Joko Sangsang pupus di tinggal kekasihnya. Tetapi karena jiwa satrianya, dia tetap kuat dan tegar menghadapi cobaan hidupnya. Dia nggak galau sampe mengotori beranda facebook guys. Untuk mengenang kekasihnya, maka daerah tempat tenggelamnya Dewi Moyo di sebut dengan nama KEDUNG MOYO yang berasal dari nama DEWI MOYO yang terlihat MOYO-MOYO (samar-samar). Meskipun samar-samar tapi Dewi Moyo masih kelihatan cantik dan manis.  Maka tak heran jika gadis-gadis yang di lahirkan di Mendenrejo terutama  daerah Kedung Moyo mempunyai paras cantik-cantik dan manis-manis. Jiiiaaahhhhhh.... :p

Dan untuk mengabadikan jiwa kesatrianya Joko Sangsang, maka Pemerintah Desa Mendenrejo memberi nama lapangan bola / Lapangan serbaguna di Menden dengan nama LAPANGAN JOKO SANGSANG  yang terletak di dusun Nglaren Desa Mendenrejo Kec. Kradenan Kab. Blora. Dengan harapan agar para Taruna Muda di wilayah Kec. Kradenan bisa mencontoh sifat-sifat positif Joko Sangsang, baik dalam pendidikan, budi pekerti atau hal-hal lain yang positif.

Oh ya di Kedungmoyo ini beberapa kali ditemukan balok kayu tua yang muncul ketika musim kemarau dari dasar sungai bengawan Solo yang surut lho. hmmm peninggalan siapakah itu ?

[]Lovalia- Berbagai Sumber

Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/ kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi secara bijak
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar