Second Menu

Minggu, 11 Desember 2016

Surat Cinta untuk Blora Mustika (HUT 267 Blora)

Logo HUT 267 Kabupaten Blora
Dalam kamus ilmiah populer, retrospeksi adalah keinginan meninjau atau menghayati kembali ke belakang. Atau retrospeksi bisa juga dikatakan sebagai cara pandang terhadap apa-apa yang sudah dilakukan, yang mana termasuk di dalamnya mengevaluasi keberhasilan sekaligus kegagalan di masa lampau, serta berharap dapat membangun rencana langkah-langkah prospektif, terobosan-terobosan di masa depan. 

Mengapa membincangkan retrospeksi Hari Jadi Kabupaten Blora, dalam aras ini, menjadi sangat penting? Tentu saja usaha retrospeksi bermanfaat bagi kita dalam mengambil pelajaran dari peristiwa yang sudah-sudah. Mengutip Elisabeth Kubler Ross, “Tidak ada kesalahan, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Seluruh peristiwa adalah anugerah yang diberikan kepada kita untuk kita pelajari.”

Usia Kabupaten Blora bisa dibilang tua, bahkan lebih tua dari usia kemerdekaan negara ini. Tepat pada tanggal 11 Desember 2016, genap warga Kabupaten Blora memperingati Hari Jadi Kabupaten Blora yang ke-267. Namun demikian, sudahkah seluruh masyarakat Blora merasakan kehidupan yang MUSTIKA di sini?

Saya memang tidak dilahirkan di Blora, tetapi saya dibesarkan di kabupaten tercinta ini. Dua puluh tahun saya berada di Blora tercinta, menurut hemat saya, belum banyak perubahan yang signifikan di sini. Tentu saja pengertian “perubahan” yang dimaksud bukan sebatas prestasi-prestasi pembangunan, karena “perubahan” tentunya pengertiannya harus lebih luas daripada itu.

Sebutan Blora Kota MUSTIKA (Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kntinyu, Aman), sampai hari ini pun menurut pendapat saya masih sekadar slogan. Blora masih belum MUSTIKA. Masyarakat kabupaten ini masih belum merasa memiliki slogan tersebut. Sampah di mana-mana dan parit-parit banyak yang tersumbat karena sampah. Taman-taman yang dibangun dengan dana puluhan juta itu apa kabarnya? Tak jarang belum genap satu tahun taman-taman yang seharusnya mempercantik tampilan kota justru terlihat menyedihkan. Pendek kata, kepedulian masyarakat kota ini terhadap kebersihan dan keindahan masih amat kurang. Menjadi kota indah dan nyaman hemat saya masih jauh dari harapan.

Dari aspek pariwisata, patutnya kita berterimakasih kepada kawula muda yang dalam beberapa tahun belakangan ini mulai sadar pariwisata. Anak-anak muda mulai mengupgrade pariwisata di kabupaten Blora, baik yang sudah terkelola, terlantar atau bahkan sudah terlupakan sama sekali. Harusnya ini menjadi sentilan tersendiri bagi pemerintah untuk merangkul anak-anak muda di setiap kecamatan guna mengembangkan pariwisata di seluruh penjuru Blora.

Dari aspek sarana prasarana umum, jalan raya dan pedesaan nampaknya masih menjadi PR panjang bagi pemerintah. Perlahan memang sudah mulai dirasakan pembangunan beberapa ruas jalan raya dan jalan desa. Namun, sayangnya seringkali proyek ini mangkrak, mogok di tengah perjalanannya sebelum selesai terlaksana seluruhnya.

Dari aspek ketertiban, masyarakat kota ini pun jauh dari kata “tertib”. Satu conth kecil, cobalah berkunjung ke kecamatan paling timur kabupaten Blora. Lalu lintas merupakan tempat yang tidak aman bagi pengendara, karena warga kota ini banyak yang “buta warna”. Lampu merah dipandang hijau, tak peduli disindir dengan bunyi-bunyi klakson dari motor-motor lain, tetap tancap gas, tabrak lampu merah! Kadang justru yang patuh pada lampu merah dicecar di jalan (pengalaman).

Dalam aspek pendidikan, kita harus terus berbenah. Masih banyak sekolah di kota ini yang minim perhatian, terutama kelengkapan sarana dan prasarana belajar mengajar. Mewujudkan Blora sebagai kota layak anak juga harusnya dijadikan motivasi kota ini untuk terus menerus berbenah diri.

Elemen masyarakat dan perangkat pemerintahan dari tingkat terkecil RT semestinya dilibatkan dengan gerakan Blora bersih, masyarakat dihimbau untuk membersihkan lingkungannya serta diberikan reward and punishment agar masyarakat terpicu akan sisi social serta menaikkan gaung HUT Kabupaten Blora. setelah bersih agar semakin  meriah setiap gang memasang umbul-umbul dan memeriahkan HUT dengan semangat kebersamaan. Kegiatan seperti ini, umumnya belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baru masyarakat di pusat kta saja yang tersentuh oleh kemeriahan HUT Blora.

Selain itu juga pemerintah ada baiknya memiliki program yang sifatnya memelihara kebudayaan serta sejarah, misalnya dengan membuat arahan kepada semua pemilik usaha seperti hotel, restoran, perkantoran memasang ucapan selamat hari jadi dengan pantun yang tidak perlu diseragamkan, biarkan saja pemilik usaha atau perkantoran tersebut membuat parikan (pantun  jawa) dengan imaginasi mereka, setiap masyarakat pasti akan melihat dan membaca, budaya parikan pun akan kembali memasyarakat secara perlahan. tentu hal ini akan menarik, setiap orang akan berhenti membaca, pemenangnya mendapatkan penghargaan. Asalkan program ini dilaksanakan secara berlanjut maka kebudayaan akan terpelihara.

Selain pantun, pelaku usaha yang memiliki akses langsung ke masyarakat seperti mall, hotel dan restoran dihimbau untuk memperdengarkan lagu yang mBlora Banget baik itu lagu ataupun instrumennya, nah lagu-lagu itu bisa didapatkan dari hasil kompetisi atau lomba lagu khas melayu yang mungkin bisa lombakan sebagai rangkaian HUT Kabupaten Blora.


Intinya pemerintah mesti memiliki visi dan program yang jelas dan memasyarakat. Mensikapi program great sale, saya mendukung asalkan target pasar yg diraih tidak hanya kepada masyarakat kalangan atas saja namun semua kalangan. Inilah beberapa ide yang mungkin bisa kita kembangkan dan dipersiapkan nanti di HUT ke 267, tentu ide-ide gila yang lain pun mungkin ada didalam benak semua masyarakat, dengan program yang terarah serta tidak dadakan maka hasil maksimal akan bisa kita raih, sebab perencanaan telah di buat, pendanaan pun tentu akan lebih memadai.



Akhirnya, dirgahayu Bloraku, semoga Blora semakin kondusif serta dapat menjadi destinasi bagi wisatawan domestic maupun mancanegara. Jangan takut berinovasi dan memberikan yang lebih buat Kabupaten Blora, terutama kaum pemuda, karena masa depan Kabupaten Blora ini berada ditangan anda nanti.

[]Lovalia 

4 komentar:

  1. ..heyy alia... Artikel yg menarik.. Aku juga dsri blora

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAi kak yoyoyo, salam kenal :) bloranya sebelah mana nih?

      Hapus
  2. kalau minyak di blora di kelola oleh kabupaten mungkin baru bisa MUSTIKA mbak, seperti kab.kutai kartanegara apalagi minyak di blora penghasil terbesar ke 2 (katanya). salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga ke depan pemerintah membuat kebijakan yang semakin berpihak kepada kearifan lokal daerah dan rakyat ya pak

      Hapus