Tugu Kuda Cepu |
Cepu (“tjepoe”) adalah sebuah kota kecamatan yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kota ini menjadi perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan Sungai Bengawan Solo sebagai pemisahnya.
Asal muasal nama kota Cepu sendiri tidak banyak diketahui. Begitu juga kapan tepatnya kota ini didirikan. Keterangan asal muasal nama kota Cepu lebih banyak berdasarkan legenda rakyat di antaranya :
- Konon pernah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Adipati Cepu kepada Raden Brawijaya dari Majapahit. Penyerangan ini dilakukan setelah runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak. Dalam penyerangan ini, Adipati Cepu berhasil memaksa Raden Brawijaya untuk melarikan diri ke Gunung Lawu. Karena itulah ada kepercayaan masyarakat yang menyebutkan bahwa Raden Brawijaya mengucapkan kutukan , keturunan adipati Cepu "diharamkan" untuk mendaki ke Gunung Lawu. kalaupun ada yang nekat mendaki, maka ia tidak akan sampai puncak atau terkena sial. Btw berarti saya bukan keturunan adipati cepu yam karena saya sudah beberapa kali mencapai puncak 3265 mdpl Hargodumillah Lawu hehe..
- Konon juga kata Cepu berasal dari senjata Adipati Tedjo Bendoro (dari Tuban) yang berupa pusaka kecil bernama Cempulungi. Dulu konon terjadi peperangan antara Adipati Tuban yaitu Tedjo Bendoro dengan Adipati Bojonegoro dari Bojonegoro. Peperangan itu dimenangkan oleh Adipati Tuban. Oleh karena itu semua apa yang dimiliki Adipati Bojonegoro seperti kekayaan dan putri-putrinya harus diserahkan. Termasuk putri tercantik yang bernama Retno Sari. Akan tetapi karena ia keberatan, maka ia melarikan diri. Nah.. dalam pengejaran tersebut Sang Adipati Tuban melepaskan pusakan andalannya itu dan tepat menancap (nancep) di paha (pupu) sang putri. Maka timbullah kata Cepu ( mancep ning pupu ). Konon sang putri terus berlari meskipun berdarah-darah. Darah yang menetes deras dari tubuh sang putri ini menjadikan sebuah dusun bernama Merah, diambil dari merahnya darah sang putri. Dan Sang putri berlari terus dikejar sambil menangis-nangis dan merintih "kapok tuan... kapok tuan". Di kemudian hari tempat ini dikenal sebagai Kapuan.
- Dan beberapa legenda yang lain seperti perebutan Putri Dumilah dari Madiun serta pertarungan antara Jipang Panolan dan Pajang.
Di Cepu, nama Ronggolawe adalah nama yang sangat terkenal. Nama itu dijadikan sebagai nama jalan utama, nama lapangan, nama sekolah tinggi dan juga nama monumen patung kuda yang menjadi ikon kota ini. Bahkan di desa Wado Kecamatan Kedungtuban pun ada makam dan klub sepak bola yang menggunakan nama Ronggolawe. Ronggolawe di sini merupakan nama dari Divisi Tentara Republik Indonesia yang dipimpin oleh GPH Dipokusumo pada saat menumpas pelarian eks. PKI Madiun di kota ini.
Pada masa kolonial Belanda, Cepu merupakan kota penting, karena kandungan minyak dan hutan jati . Di Cepu dapat ditemukan banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih ada hingga sekarang. Antara lain : Rumah Pertemuan Sasono SOS, Suko Loji Klunthung dan Pemakaman Belanda terletak di Desa Wonorejo Kecamatan Cepu.
Nama Cepu semakin dikenal dengan eksplorasi Blok Cepu. Blok ini mencakup wilayah Cepu dan Bojonegoro dengan kandungan minyak diperkirakan akan mencapai jutaan barel. Ada dua operator besar yang terlibat dalam eksplorasi minyak, yakni Exxon Mobile dan Pertamina. Pihak lain yang terlibat adalah Pemerintah Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Blora, dan Pemerintah Bojonegoro.
Tugu perbatasan Jawa Tengah - Jawa Timur : Selamat datang di Cepu |
Sumur minyak di Cepu ini pertama kali ditemukan pada tahun 1890 oleh Bataafsche Petroleum Maatchappij (BPM), sebuah perusahaan minyak dari Belanda, yang kemudian berganti nama menjadi Shell. Sebagian besar sumur-sumur tua secara tradisional ditambang oleh masyarakat setempat. Mereka menggunakan tali dan ember ditarik oleh sekitar 15 orang atau menggunakan sapi untuk menderek.
Sumur tua umumnya terletak di daerah perbukitan dan di tengah-tengah hutan jati. Dengan demikian, upaya ekstra harus mampu untuk melihatnya. Agak seperti sedikit petualangan.
[]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern
jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/
kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi
secara bijak
Baru melihat kmentarnya di artikel ini :D Saya sering lewat situ setiap kali ke blora. Tapi mau mampir masih canggung :)
BalasHapus