Konon ini adalah tempat mandi Putri Citrowati |
Kedung Putri adalah suatu situs budaya yang pada masa lalu sampai
sekarang banyak menyimpan misteri, bahkan berbau mistik yang konon
menurut cerita tempat ini sering dipakai mandi oleh Citro Wati putri
raja Purwocarito yang cantik Jelita.
Kedung Putri terletak di sebelah utara Kecamatan Randublatung, kurang
lebih 10 km dari pusat kota Randublatung, tepatnya di hutan petak 52 RPH
Gumeng BKPH Temanjang, KPH Randublatung. Secara administrative turut
wilayah Desa Tanggel Kecamatan Randubaltung Kab. Blora.
Begitu kentalnya muatan mistik di lokasi ini menjadikannya cukup
terkenal di Randublatung. Legenda Kedung Putri dimulai pada jaman dulu
dimana terdapat suatu daerah yang bernama Negara Purwocarito (sekarang
Desa Gumeng) yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dian Gondo Kusumo
dengan permaisuri Loro Girah, Pasangan raja dan permaisuri ini dikarunia
3 orang anak yaitu Citro Menggolo, Citro Kusumo dan Citro Wati.
Masing-masing keturunan raja Dian Gondo Kusumo diberikan kekuasaan untuk
memimpin tiga kerajaan. Masing-masing adalah Citro Menggolo kerajaanya
di Mlumpang (sekarang Desa Trembes), Citro Kusumo kerajaannya di Bale
Kambang (sekarang Desa Temetes) dan Citro Wati kerajaanya di Purwocarito
(sekarang Desa Gumeng).
Salah seorang dari ke tiga anaknya yaitu Citro Wati mempunyai paras
yang cantik jelita. Karena kecantikannya itu maka banyak putra raja
yang lain atau dari golongan bangsawan tertarik dan ingin meminang Citro
Wati. Sampai pada akhirnya Putri Citro Wati dilamar oleh 2 raja,
yaitu Begede Katong dari kerajaan Pandan (Sekarang Desa Njetak
Wanger,Ngawen) dan Jonggrang Prayungan dari kerajaan Atas Angin. Kedua
raja tersebut akhirnya perang untuk merebutkan Cito Wati. Keduanya belum
ada yang kalah dan menang dalam peperangan tersebut. Akhirnya Citro
Wati datang dan menolak keduanya (Begede Katong dan Jonggrang
Prayungan).
Karena merasa ditolak, Begede Katong marah dan mendatangkan angin ribut
untuk menghancurkan negara Purwocarito. Akibatnya negara Purwocarito
luluh lantah rata dengan tanah.
Situs Banyu Tes |
Beberapa hari kemudian Begede Katong tidak putus asa walapun cintanya di
tolak. Dia tetap berangkat menuju kerajaan Purwocarito untuk melamar
Citro wati. Sesampainya di suatu tempat dataran tinggi, Begede Katong
melihat Citrowati sedang mandi di sendang, begitu melihat kecantikan dan
kemolekan tubuh Citrowati, birahi Begede Katong memuncak dan meneteslah
air maninya, yang sekarang menjadi Banyu Tes, di dukuh Temetes.
”Sendang tetes” tersebut sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat bisa
menyembuhkan impotensi dan membangkitkan libido bagi kaum pria apabila
mandi di tempat tersebut.
Jati Denok |
Setelah itu Begede Katong melanjutkan perjalan kembali. Sesampainya di
Gunung Serangkang, dia bertemu dengan Jonggrang Prayungan musuh
bebuyutannya, dan keduanya saling berperang lagi. Keduanya berperang
saling membunuh sehingga menyebabkan semua perangkat untuk melamar yang
dibawa oleh Begede Katong berserakan dan terlempar jauh ke tempat lain.
Tempat upeti (Bokor Kencono) terlempar ke Desa Pengkol (Kec. Banjarejo)
yang dinamakan Kedung Bokor, Sirih (bahasa jawanya Suruh) terlempar ke
Desa Banyuurip yang dinamakan Suruhan, Gemblongnya (dodol) yang
teriris–iris terlempar ke Desa Temetes yang dinamakan Tiris, sedangkan
emban yang membawa Bokor Kencono bernama Denok meninggal dan dikubur
dengan di tandai Pohon jati yang sampai sekarang jati tersebut masih
hidup dan dinamakan “Jati Denok”. Walaupun Begede Katong memaksa
melamar, Cito Wati tetap tidak mau menerima lamaran Begede Katong.
Meskipun ditolak cintanya, Begede Katong tidak mau kembali ke negaranya. Gilaaa setia bangeetttt
Citro Wati mempunyai kebiasaan yang setiap hari tidak pernah
ditinggalkannya yaitu mandi di sungai (Kedung) yang sekarang dinamakan
Kedung Putri. Begede katong memanfaatkan situasi tersebut yaitu dengan
merubah dirinya menjadi ikan gabus (Kutuk) dan masuk ke dalam sungai.
Pada saat Citro Wati mandi di sungai, ia melihat ikan gabus (kutuk) yang
sebenarnya adalah jelmaan Begede Katong. Citro Wati sangat senang
melihat ikan tersebut dan ia pun bermain di sungai (kedung) itu tanpa
curiga sedikitpun akan keberadaan ikan tersebut. Karena seringnya
bermain dengan ikan gabus (kutuk) tersebut, tanpa disadari ia bercinta
dengan ikan gabus jelmaan Begede katong yang pada akhirnya menyebabkan
Citro Wati hamil.
Citro Kusumo kakak Citro Wati marah melihat adiknya hamil tanpa
diketahui siapa yang menghamili adiknya. Citro Wati tidak boleh
melahirkan secara normal tetapi harus melalui perut sebelah
kiri. Perut Citro Wati ditusuk dengan keris oleh Citro Kusumo dan
keluarlah dari perut Citro Wati anak ikan gabus (Kutuk). Keanehan yang
terjadi pada anak Citro Wati menjadikannya sebuah larangan bagi
masyarakat dusun Gumeng bahwa mereka tidak boleh makan ikan gabus
(kutuk) karena itu merupakan darah dagingnya Citro Wati. Karena ditusuk
perutnya, Citro Wati pingsan dan tidak sadarkan diri. Citro Wati diseret
oleh Cito Kusumo dan di siram air. Akhirnya Citro Wati sadar dan air
yang dipakai untuk menyiram Citro Wati dinamakan Banyuurip.
Banyu Urip |
Sampai sekarang banyuurip masih tetap ada dan selalu dijaga keberadaanya karena dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit.
Setelah kejadian itu, Citro Wati berjanji tidak akan kawin sebelum
ketemu Joko Sayuto dengan pengapit Joko Santoso. Citro Wati semedi di
sungai (kedung Putri) sambil menunggu Joko Sayuto dan Joko Santoso.
Cerita Legenda yang masih melekat pada Kedung Putri, bagi masyarakat
dusun Gumeng merupakan salah satu peninggalan sejarah yang harus dijaga,
baik lokasi, peninggalan-peninggalannya maupun nilai-nilai
spiritualnya.
Saat ini, tradisi yang dilakukan masyarakat dusun Gumeng di Kedung Putri
adalah upacara sedekah bumi. Tujuannya adalah untuk meminta berkah dan
keselamatan bagi dusun Gumeng dan daerah sekitarnya. Terkadang ada juga
yang melakukan ritual khusus di tempat ini yaitu memberikan sesaji yang
tujuannya untuk meminta kekayaan (pesugihan)
[]Lovalia : Berbagai Sumber
Note : karena penulis adalah pemuda yang terlahir di era modern
jauh sebelum kisah ini terjadi, maka mohon kiranya jika ada kesalahan/
kekurangan dalam penulisan ini pembaca bisa meluruskan dan mengoreksi
secara bijak
astaghfirullaah. na'udzubillaahi min dzaalik
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusCeritanya menarik, ingin saya angkat kedalam buku ilustrasi legenda untuk anak2 kira2 penulis mengizinkan/tidak ya?
BalasHapussilahkan, bangga sekali jika anak-anak kita mengenal legenda daerah tercinta, tentunya dengan mencantumkan sumber ya ^_^
HapusLokasi di mana ya Bos?
BalasHapusIzin Buat Konten Youtube bro
BalasHapusRaden citro kusumo adalah leluhur orang Blora. Maka dari itu,legenda ini perlu diketahui oleh banyak orang terutama orang Blora. Dan sehingga ada usaha untuk merawat situs situs peninggalan kerajaan purwocarito tersebut.
BalasHapus