My TIM 5A minus Arik ( yang motret soale) Berdiri kiri-kanan : Aris, Thonie, Adam, Alia, Imut Jongkok kiri-kanan : Muji, Aries |
Seperti biasa basecamp pemberangkatan kami adalah Simsi's House alias rumahnya mas Imut. Bedanya jika biasanya kami berangkat pagi-pagi, kali ini kami berangkat siang hari, kurang lebih pukul 1 siang. Cukup nekat sebenarnya karena sejak awal berangkat mendung sudah menggelayut di langit. Tapi bukankah hujan adalah sahabat bagi para pecinta alam ? :)
Ceiiliieehhh gayanyaa ... :D
Seperti tahun lalu kami akan merayakan tahun baru Islam di puncak Gunung Lawu. Orang Jawa bilang malam satu Suro. Cukup mendatangkan tantangan tersendiri selain karena momen yang termasuk disakralkan, pendakian kali itu juga kami lakukan di salah satu gunung yang termasuk deretan teratas gunung yang masih kental aura mistisnya. Perpaduan yang sungguh pas bukan… ^_^ Di waktu tersebut Gunung Lawu sedang ramai-ramainya dikunjungi.
Memasuki kota Magetan hujan benar-benar deras. Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh, tapi begitu menyadari tempat berteduh itu adalah pemakaman, kami memutuskan berteduh cukup lama di sebuah rumah makan. Bukan karena kami takut hujan, tapi karena kami kelaparan. :D Selain itu kami harus menjemput dua pasukan tambahan, kawan-kawan Mas Adam (kawan kami juga tentunya)
Tahun ini kami pun kami memilih Cemoro Sewu sebagai jalur pendakian yang kami pakai. Selain karena lebih singkat, di jalur itu biasanya lebih ramai pendaki maupun penduduk sekitar yang melakukan kegiatan adat. Benar saja, begitu kami sampai di basecamp Cemoro Sewu, lautan manusia memenuhi jalanan dan warung-warung yang ada disana. Kami pun sempat kebingungan mencari lokasi parkir karena memang semuanya penuh. Namun akhirnya kami menemukan area parkir yang masih bisa menampung motor kami meski harus berjalan beberapa meter dari gerbang pendakian. Dari yang kami lihat saat melewati jalanan menuju basecamp.
Tenda kami di Basecamp |
Masak-masak di POS II |
Singkat cerita esok harinya sesudah makan pagi kami pun memulai perjalanan yang cukup menyenangkan hingga kami sampai di POS I. Saling menyapa pendaki lainnya yang tidak dikenal, berbagi cerita, berbagi tempat atau bahkan berbagi bekal adalah hal yang sangat menyenangkan yang hanya bisa ditemui saat kau mendaki kawan :). Keakraban dan persaudaraan itulah pendaki.
Usai POS I kami menuju POS II. Kami melanjutkan berjalan menapaki jalur pendakian yang didominasi batu terjal yang menanjak tersebut perlahan-lahan karena di sisi kanan dan kiri mulai banyak pendaki-pendaki yang tiduran di pinggir jalur pendakian. Kalau gak melihat dengan seksama bisa-bisa pas kita jalan mereka bisa terinjak tuh karena saking berserakannya pendaki yang tiduran di jalur pendakian.
Tak terasa satu per satu pos yang ada berhasil kami lewati dengan lancar. Hingga akhirnya sampai di Pos 4 dengan tanah berkapur putih nya. Rasanya tubuh ini sebenarnya ingin segera direhatkan karena letih dan kantuk yang perlahan makin bertambah intensitasnya, namun kami memutuskan lanjut saja berjalan hingga Pos 5 karena jaraknya nggak terlalu jauh dari pos sebelumnya.
Langit di sisi timur sudah mulai gelap, kabut mulai turun dan firasatku mengatakan malam ini akan terjadi badai :(
Kami melihat salah satu tenda kami sudah terpancang di POS V. tentulah teman-teman yang sudah terlebih dahulu sampai sebelum kami yang memasangnya. Belum sampai kami memasang tenda, tiba-tiba hujan dan angin kencang turun bersamaan, benar firasatku... telur badai mulai menetas. Ya Allah ... lindungi kami :)
Sepertinya kami mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat mendirikan camp. Gimana nggak kesulitan coba, sudah ada puluhan tenda yang didirikan disana ditambah ada sebuah warung dadakan lagi. Warungnya luar biasa lho… Seperti warung-warung yang ada di tiap pos Gunung Lawu sebelumnya yang sekaligus menyediakan pondokan bagi pendaki untuk beristirahat atau pun tiduran, di Pos 5 pun ada. Mungkin karena bertepatan dengan malem satu Suro kali ya. Biasanya sih cuman ada di Pos 1, namun kali ini kalau dihitung-hitung yang tidak ada warungnya hanya di Pos 4 saja, karena memang tempatnya nggak begitu luas.
Menghangatkan diri dengan api Bahkan apinya pun membeku :D |
Setelah berjuang dengan menahan angin ekstra kencang yang membawa hawa
super dingin di Pos 5, akhirnya kami mendapat lokasi mendirikan camp
yang tepat meski tak begitu sempurna. Agak miring, nggak rata, cukup
tertutup sih, yah gimana lagi emang sudah penuh. Karena dikejar waktu
yang terus berjalan seiring dengan langit yang mulai menguning, seadanya
pun jadilah.
Rencananya sih mau tidur bakal sejam dua jam dulu sebelum memasak makanan. Begitu tenda berdiri walau terpaan angin ribut terus menghantam tenda, kami pun mengisi perut dengan makan di warung sederhana itung-itung sebagai pengganjal perut sebelum tidur pagi, #lhoh...
Ahh, akhirnya bisa tidur. Walaupun saya dan mas Adam harus berperang histeris gara-gara serangan Muji #sensor…. haha
Angin yang ribut menghantam tenda membuat saya tidur tak terlalu pulas. Apalagi tengah malam banyak pendaki menggerutu karena menganggap tenda kami berdiri di tengah jalan :D padahal seingatku jalan menuju puncak ada di sisi berlawanan.
Rencananya sih mau tidur bakal sejam dua jam dulu sebelum memasak makanan. Begitu tenda berdiri walau terpaan angin ribut terus menghantam tenda, kami pun mengisi perut dengan makan di warung sederhana itung-itung sebagai pengganjal perut sebelum tidur pagi, #lhoh...
Ahh, akhirnya bisa tidur. Walaupun saya dan mas Adam harus berperang histeris gara-gara serangan Muji #sensor…. haha
Angin yang ribut menghantam tenda membuat saya tidur tak terlalu pulas. Apalagi tengah malam banyak pendaki menggerutu karena menganggap tenda kami berdiri di tengah jalan :D padahal seingatku jalan menuju puncak ada di sisi berlawanan.
DI PUNCAK- Menikmati minuman karya mas Imut hahaha :D rasanya aneh |
Sekitar pukul 03.00 kami berangkat menuju puncak. Muji kami tinggal di
tenda. Kondisiku sendiri fatal akibat perang kontroversial Muji :D
Sebelum sampai di Warung Mbok Yem, kita akan melewati sebuah sumber mata
air yang disekitarnya terdapat cerukan-cerukan tanah yang bisa
digunakan untuk bersembunyi dari dinginnya udara. Namun sepertinya saat
itu Sendhang Drajad sedang kering kerontang hanya mengucur sedikit saja,
tapi tak apa lah. Selain itu juga terdapat sebuah warung lain yang
sempat saya dan beberapa teman pakai untuk nginep saat pendakian Lawu
bebrapa tahun lalu.
Di Puncak Hargo Dumillah |
Setelah berjalan beberapa saat kami akhirnya sampai di Hargo
Dumillah.Angin bertiup semakin kencang di puncak . Tapi setidaknya rindu
terobati pada punca yang kupeluk sekian kalinya ini :)
Setelah membuat minuman hangat dan mengabadikan beberapa pose kenangan di puncak akhirnya kami memutuskan untuk turun.
Setelah membuat minuman hangat dan mengabadikan beberapa pose kenangan di puncak akhirnya kami memutuskan untuk turun.
Sisi Lain Hargo Dumillah |
Alia with Mas Adam |
Bojonegoro he he he :p |
Kami membereskan tenda dan kali ini kami sungguh beruntung, di tengah perut yang keroncongan dan dahaga yang menyiksa ternyata warung di POS V kehabisan air sehingga kami tidak bisa membeli makanan dan minuman.
Kakak-kakakku , Sahabat-sahabat terbaikkuuuu |
Perjalanan turun terasa menyenangkan. Saya sengaja berjalan pelan-pelan,
membiarkan kawan-kawan berjalan terlebih dahulu dan menunggu saya di
bawah nantinya. Hanya ingin menikmati suasana lebih mendalam. :)
Sesampainya di bawah seperti biasa saya pun "mencuri" beberapa wortel di kebun petani yang habis dipanen. Membuat orang-orang yang melihat saya menggenggam bunga-bunga wortel mengira itu adalah sedelweiss :D
tapi seperti biasanya pula wortel itu tertinggal dan tidak bisa saya bawa pulang ( atau memang tak ingin ikut pulang ).
Pukul 12.30 kami memutuskan kembali pulang ditemani hujan gerimis. Yah, itulah pendakian kawan, entah orang-orang kau kenal atau tidak, pasti akan saling menyapa dan membantu :)
Alhamdulillah tak sekalipun aku tinggalkan kewajiban kepada Tuhan untuk bersujud :)
Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya tetap bisa ke sini lagi :)
Lovalia
Foto, Doc.TIM 5A
Sesampainya di bawah seperti biasa saya pun "mencuri" beberapa wortel di kebun petani yang habis dipanen. Membuat orang-orang yang melihat saya menggenggam bunga-bunga wortel mengira itu adalah sedelweiss :D
tapi seperti biasanya pula wortel itu tertinggal dan tidak bisa saya bawa pulang ( atau memang tak ingin ikut pulang ).
Pukul 12.30 kami memutuskan kembali pulang ditemani hujan gerimis. Yah, itulah pendakian kawan, entah orang-orang kau kenal atau tidak, pasti akan saling menyapa dan membantu :)
Alhamdulillah tak sekalipun aku tinggalkan kewajiban kepada Tuhan untuk bersujud :)
Semoga tahun depan dan tahun-tahun berikutnya tetap bisa ke sini lagi :)
Lovalia
Foto, Doc.TIM 5A
0 komentar:
Posting Komentar